YOGYAKARTA, SEPTEMBER 2017—Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Hewan Kesayangan (KSHK) FKH UGM ini berhasil menarik 124 peserta dari berbagai kalangan. Linggayu Wandira, selaku ketua panitia, menyebutkan bahwa peserta berasal dari kalangan dokter hewan profesi, mahasiswa kedokteran hewan seluruh Indonesia, hingga pelajar SMA.
” Akupuntur merupakan salah satu alternatif pengobatan yang kini telah biasa dilakukan pada hewan untuk menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan syaraf (paralisis). Selain untuk lebih mengenalkan teknik akupuntur hewan kepada mahasiswa dan masyarakat umum, bagi dokter hewan, prospek kerja sebagai praktisi akupuntur pun juga menjanjikan.” ujar mahasiswi S1 yang akrab disapa Ayu ini.
Seminar yang berlangsung pada 2 September 2017 di Auditorium FKH UGM ini mendatangkan empat orang pembicara yang ahli di bidangnya. ” Untuk pembicaranya, kami mendapat saran dari pembina KSHK FKH UGM dan berhasil mengundang drh. Gustav Ananta Mueller; drh. Lily Gunawan, CVA; drh. Emi Puspitoningrum, CVA; dan drh. Soejono Dharmojono.” jelas Ayu.
Seminar Nasional Akupuntur ini berlangsung lancar dan kondusif dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, disisipi penampilan tari oleh Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) dan paduan suara Voca Veteriner. Selain mendapat paparan materi, peserta juga dapat melihat praktik akupuntur pada anjing yang dilakukan oleh drh. Gustav Ananta Mueller, drh. Emi Puspitoningrum, CVA serta drh. Lily Gunawan, CVA.
Semnas Akupuntur 2017: No pain with needle! (Nad)
https://kanalpengetahuan.fkh.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/184/2017/09/semnas-akupuntur.jpg9601440weesnugrohohttp://kanalpengetahuan.fkh.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/184/2017/07/logo-web-kpmi-fkh.pngweesnugroho2017-09-20 13:35:162017-09-22 10:53:51SEMINAR NASIONAL “ACUPUNTURE: ALTERNATIVE MEDICINE FOR PETS” 2017
Daun pepaya ternyata dapat menurunkan penyakit pada paru-paru dan limpa mencit. Dewi Ratna Sari seorang peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat telah melakukan penelitian bahwa Trypanosomiasis atau surra merupakan salah satu jenis penyakit strategis yang menyerang hewan ternak dan dosmetik lainnya di Indonesia yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi dan ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat penghisap darah seperti lalat kuda (Tabanus sp.) dan lalat kandang (Stomoxys sp.) (Fahrimal dkk., 2014). Hampir semua hewan berdarah panas kecuali golongan unggas, rentan terhadap penyakit ini, namun respon kekebalan bervariasi terutama pada sapi dan kerbau. Hewan seperti kuda, sapi, kerbau dan anjing merupakan hewan yang dilaporkan banyak terserang (Partoutomo, 2000). Trypanosomiasis mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi peternak. Dalam keadaan kronis penyakit tersebut dapat menyebabkan turunnya produksi ternak, sedangkan dalam keadaan akut dapat menyebabkan kematian hewan ternak dan pada hewan bunting dapat menyebabkan keguguran. Umumnya bila sudah terjadi wabah, penyakit tersebut disembuhkan. Upaya pengendalian trypanosomiasis sampai saat ini masih sangat tergantung kepada obat-obat komersial. Tripanosida yang sudah lazim digunakan diantaranya suramin, diminazene azeturat, isometamedium, quinapyramine, dan cymelarsan (Fahrimal dkk., 2014). Obat-obat anti-trypanosoma sangat terkenal dengan harganya yang mahal dan pemberiannya yang sulit karena harus dilakukan secara berulang (Sadi dan Arifin, 1998). Masalah lainnya adalah tentang resistensi Trypanosoma terhadap obat tripanosida yang akhir-akhir ini dilaporkan terjadi di berbagai negara Asia seperti di negara China (Zhou dkk., 2004), serta negara Afrika yaitu Uganda, Kenya, Sudan, dan Tanzania (Kibona dkk., 2006; El Rayah dan El Malik, 2006). Di Indonesia, hampir semua isolat yang ada di Balitvet terbukti resisten terhadap isometamidium dan sebagian isolat resisten terhadap Diminazen azeturat (Martindah dan Husein, 2006).
Ekstrak etanol daun pepaya telah terbukti mampu menghambat pertumbuhan parasit Plasmodium (Fitrianingsih dkk., 2010; Rehena, 2010). Trypanosoma dan Plasmodium memiliki keserupaan sebagai parasit darah yang merusak eritrosit dan menyebabkan anemia pada inang, sehingga ada dugaan kuat bahwa daun pepaya juga berpotensi sebagai antitrypanosoma. Infeksi Trypanosoma evansi dapat terjadi melalui luka pada kulit akibat gigitan lalat. Parasit ini masuk ke dalam aliran darah dan mengambil gula dalam darah sebagai bahan energi. Selanjutnya parasit ini sampai ke dalam organ tubuh dan berkembangbiak. Pada penelitian Bal dkk., (2012) ditunjukkan bahwa parasit ini dapat menginfeksi organ tubuh yaitu paru-paru, hati, jantung, limpa, ginjal, usus, dan otak. Paru-paru merupakan organ vital dalam sistem pernapasan yang merupakan tempat berlangsungnya pertukaran gas dengan lingkungan luar, sedangkan limpa merupakan organ pembentuk antibodi, tempat destruksi eritrosit dan pembentukan limfosid yang masuk ke darah (Junquiera dkk., 1998). Kedua organ ini memiliki kaitan erat dengan infeksi Trypanosomiasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh dosis ekstrak etanol daun pepaya dapat menurunkan jumlah Trypanosoma evansi pada paru-paru dan limpa. Ekstrak etanol daun pepaya pada dosis 300 mg/Kg BB merupakan dosis yang paling efektif menurunkan jumlah Trypanosoma evansi pada paru-paru dan limpa mencit. Artikel selengkapnya https://jurnal.ugm.ac.id/jsv/article/view/17925
http://kanalpengetahuan.fkh.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/184/2017/07/logo-web-kpmi-fkh.png00weesnugrohohttp://kanalpengetahuan.fkh.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/184/2017/07/logo-web-kpmi-fkh.pngweesnugroho2017-09-20 05:18:122017-09-20 18:52:10Daun Pepaya Terbukti dapat Menurunkan Penyakit Paru-paru dan Limpa
Sebagai bentuk kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan dengan Chi Institute-Florida University, FKH UGM menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Pengobatan Tradisional China pada hewan yang meliputi akupuntur, herbal, tuina dan terapi makanan. Traditional Chinese Veterinary Medicine (TVCM) merupakan metode pengobatan yang terintegrasi dengan kedokteran hewan konvensional. Metode TVCM sangat bermanfaat pada penanganan kasus gangguan syaraf, penyakit kronis seperti epilepsi, kelumpuhan, pengapuran, radang sendi dan penyakit geriatrik pada hewan.
Kegiatan seminar dan lokakarya ini diikuti oleh dokter hewan, tidak hanya Indonesia tetapi juga beberapa orang dari Singapura, Malaysia, dan Korea Selatan. Kegiatan berlangsung selama 3 hari, mulai tanggal 16-18 Februari 2017. Seminar dan lokakarya tentang akupuntur ini merupakan kegiatan kursus level terakhir dari 5 level kursus yang harus diikuti untuk mendapatkan gelar CVA (Certified Veterinary Acupunctur) dari Chi Institute-Florida University. Kursus level 5 ini dinilai secara langsung oleh Dr. Wiraponge, PhD dari Chiang Mai University yang merupakan Chi Institute representative di Asia.
Seminar dan lokakarya ini diharapkan menjadi salah satu media untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian dokter hewan dalam menangani kasus penyakit syaraf dan penyakit kronis dengan mengkombinasikan pengobatan kedokteran hewan konvensional dan TCVM. Kerjasama FKH UGM dengan Chi Institute-Florida University akan dikembangkan lebih jauh lagi, terutama dalam kolaborasi riset dan publikasi internasional di bidang pengobatan tradisional china. FKH UGM juga akan mengembangkan pusat pengobatan rehabilitatif yang mendukung pelayanan kesehatan hewan di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi. http://fkh.ugm.ac.id/2017/02/20/seminar-dan-lokakarya-akupuntur-pada-hewan/
https://kanalpengetahuan.fkh.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/184/2017/09/Akupunctur.jpg973973weesnugrohohttp://kanalpengetahuan.fkh.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/184/2017/07/logo-web-kpmi-fkh.pngweesnugroho2017-09-20 05:16:252017-09-22 09:26:24Seminar dan Lokakarya Akupuntur pada Hewan
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website.
--
[ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju
SEMINAR NASIONAL “ACUPUNTURE: ALTERNATIVE MEDICINE FOR PETS” 2017
/in Pertemuan Ilmiah/by weesnugrohoYOGYAKARTA, SEPTEMBER 2017—Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Hewan Kesayangan (KSHK) FKH UGM ini berhasil menarik 124 peserta dari berbagai kalangan. Linggayu Wandira, selaku ketua panitia, menyebutkan bahwa peserta berasal dari kalangan dokter hewan profesi, mahasiswa kedokteran hewan seluruh Indonesia, hingga pelajar SMA.
” Akupuntur merupakan salah satu alternatif pengobatan yang kini telah biasa dilakukan pada hewan untuk menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan syaraf (paralisis). Selain untuk lebih mengenalkan teknik akupuntur hewan kepada mahasiswa dan masyarakat umum, bagi dokter hewan, prospek kerja sebagai praktisi akupuntur pun juga menjanjikan.” ujar mahasiswi S1 yang akrab disapa Ayu ini.
Seminar yang berlangsung pada 2 September 2017 di Auditorium FKH UGM ini mendatangkan empat orang pembicara yang ahli di bidangnya. ” Untuk pembicaranya, kami mendapat saran dari pembina KSHK FKH UGM dan berhasil mengundang drh. Gustav Ananta Mueller; drh. Lily Gunawan, CVA; drh. Emi Puspitoningrum, CVA; dan drh. Soejono Dharmojono.” jelas Ayu.
Seminar Nasional Akupuntur ini berlangsung lancar dan kondusif dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB, disisipi penampilan tari oleh Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) dan paduan suara Voca Veteriner. Selain mendapat paparan materi, peserta juga dapat melihat praktik akupuntur pada anjing yang dilakukan oleh drh. Gustav Ananta Mueller, drh. Emi Puspitoningrum, CVA serta drh. Lily Gunawan, CVA.
Semnas Akupuntur 2017: No pain with needle! (Nad)
Daun Pepaya Terbukti dapat Menurunkan Penyakit Paru-paru dan Limpa
/in Publikasi/by weesnugrohoDaun pepaya ternyata dapat menurunkan penyakit pada paru-paru dan limpa mencit. Dewi Ratna Sari seorang peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat telah melakukan penelitian bahwa Trypanosomiasis atau surra merupakan salah satu jenis penyakit strategis yang menyerang hewan ternak dan dosmetik lainnya di Indonesia yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi dan ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat penghisap darah seperti lalat kuda (Tabanus sp.) dan lalat kandang (Stomoxys sp.) (Fahrimal dkk., 2014). Hampir semua hewan berdarah panas kecuali golongan unggas, rentan terhadap penyakit ini, namun respon kekebalan bervariasi terutama pada sapi dan kerbau. Hewan seperti kuda, sapi, kerbau dan anjing merupakan hewan yang dilaporkan banyak terserang (Partoutomo, 2000). Trypanosomiasis mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi peternak. Dalam keadaan kronis penyakit tersebut dapat menyebabkan turunnya produksi ternak, sedangkan dalam keadaan akut dapat menyebabkan kematian hewan ternak dan pada hewan bunting dapat menyebabkan keguguran. Umumnya bila sudah terjadi wabah, penyakit tersebut disembuhkan. Upaya pengendalian trypanosomiasis sampai saat ini masih sangat tergantung kepada obat-obat komersial. Tripanosida yang sudah lazim digunakan diantaranya suramin, diminazene azeturat, isometamedium, quinapyramine, dan cymelarsan (Fahrimal dkk., 2014). Obat-obat anti-trypanosoma sangat terkenal dengan harganya yang mahal dan pemberiannya yang sulit karena harus dilakukan secara berulang (Sadi dan Arifin, 1998). Masalah lainnya adalah tentang resistensi Trypanosoma terhadap obat tripanosida yang akhir-akhir ini dilaporkan terjadi di berbagai negara Asia seperti di negara China (Zhou dkk., 2004), serta negara Afrika yaitu Uganda, Kenya, Sudan, dan Tanzania (Kibona dkk., 2006; El Rayah dan El Malik, 2006). Di Indonesia, hampir semua isolat yang ada di Balitvet terbukti resisten terhadap isometamidium dan sebagian isolat resisten terhadap Diminazen azeturat (Martindah dan Husein, 2006).
Ekstrak etanol daun pepaya telah terbukti mampu menghambat pertumbuhan parasit Plasmodium (Fitrianingsih dkk., 2010; Rehena, 2010). Trypanosoma dan Plasmodium memiliki keserupaan sebagai parasit darah yang merusak eritrosit dan menyebabkan anemia pada inang, sehingga ada dugaan kuat bahwa daun pepaya juga berpotensi sebagai antitrypanosoma. Infeksi Trypanosoma evansi dapat terjadi melalui luka pada kulit akibat gigitan lalat. Parasit ini masuk ke dalam aliran darah dan mengambil gula dalam darah sebagai bahan energi. Selanjutnya parasit ini sampai ke dalam organ tubuh dan berkembangbiak. Pada penelitian Bal dkk., (2012) ditunjukkan bahwa parasit ini dapat menginfeksi organ tubuh yaitu paru-paru, hati, jantung, limpa, ginjal, usus, dan otak. Paru-paru merupakan organ vital dalam sistem pernapasan yang merupakan tempat berlangsungnya pertukaran gas dengan lingkungan luar, sedangkan limpa merupakan organ pembentuk antibodi, tempat destruksi eritrosit dan pembentukan limfosid yang masuk ke darah (Junquiera dkk., 1998). Kedua organ ini memiliki kaitan erat dengan infeksi Trypanosomiasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh dosis ekstrak etanol daun pepaya dapat menurunkan jumlah Trypanosoma evansi pada paru-paru dan limpa. Ekstrak etanol daun pepaya pada dosis 300 mg/Kg BB merupakan dosis yang paling efektif menurunkan jumlah Trypanosoma evansi pada paru-paru dan limpa mencit. Artikel selengkapnya https://jurnal.ugm.ac.id/jsv/article/view/17925
Seminar dan Lokakarya Akupuntur pada Hewan
/in Continuing Education/by weesnugrohoSebagai bentuk kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan dengan Chi Institute-Florida University, FKH UGM menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Pengobatan Tradisional China pada hewan yang meliputi akupuntur, herbal, tuina dan terapi makanan. Traditional Chinese Veterinary Medicine (TVCM) merupakan metode pengobatan yang terintegrasi dengan kedokteran hewan konvensional. Metode TVCM sangat bermanfaat pada penanganan kasus gangguan syaraf, penyakit kronis seperti epilepsi, kelumpuhan, pengapuran, radang sendi dan penyakit geriatrik pada hewan.
Kegiatan seminar dan lokakarya ini diikuti oleh dokter hewan, tidak hanya Indonesia tetapi juga beberapa orang dari Singapura, Malaysia, dan Korea Selatan. Kegiatan berlangsung selama 3 hari, mulai tanggal 16-18 Februari 2017. Seminar dan lokakarya tentang akupuntur ini merupakan kegiatan kursus level terakhir dari 5 level kursus yang harus diikuti untuk mendapatkan gelar CVA (Certified Veterinary Acupunctur) dari Chi Institute-Florida University. Kursus level 5 ini dinilai secara langsung oleh Dr. Wiraponge, PhD dari Chiang Mai University yang merupakan Chi Institute representative di Asia.
Seminar dan lokakarya ini diharapkan menjadi salah satu media untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian dokter hewan dalam menangani kasus penyakit syaraf dan penyakit kronis dengan mengkombinasikan pengobatan kedokteran hewan konvensional dan TCVM. Kerjasama FKH UGM dengan Chi Institute-Florida University akan dikembangkan lebih jauh lagi, terutama dalam kolaborasi riset dan publikasi internasional di bidang pengobatan tradisional china. FKH UGM juga akan mengembangkan pusat pengobatan rehabilitatif yang mendukung pelayanan kesehatan hewan di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi. http://fkh.ugm.ac.id/2017/02/20/seminar-dan-lokakarya-akupuntur-pada-hewan/