Entries by weesnugroho

Rabbit Medicine #1

Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi FKH UGM

Rabbit Medicine #1

Kamis-Jumat , 6-7 Oktober 2017

Seminar dan Workshop:

Pengenalan Ras dan Manajemen Perawatan
Pemeriksaan (Umum dan Khusus) dan tehnik pengambilan sampel
Pemilihan obat (antibiotika, antiparasit, vitamin, analgesik, anestesi, dll)
Tindakan operasi (kastrasi dan ovariohiterektopmi)
Tindakan pre-, peri-, dan post operasi.

read more

SEMINAR NASIONAL “ACUPUNTURE: ALTERNATIVE MEDICINE FOR PETS” 2017

YOGYAKARTA, SEPTEMBER 2017—Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Hewan Kesayangan (KSHK) FKH UGM ini berhasil menarik 124 peserta dari berbagai kalangan. Linggayu Wandira, selaku ketua panitia, menyebutkan bahwa peserta berasal dari kalangan dokter hewan profesi, mahasiswa kedokteran hewan seluruh Indonesia, hingga pelajar SMA.

” Akupuntur merupakan salah satu alternatif pengobatan yang kini telah biasa dilakukan pada hewan untuk menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan syaraf (paralisis). Selain untuk lebih mengenalkan teknik akupuntur hewan kepada mahasiswa dan masyarakat umum, bagi dokter hewan, prospek kerja sebagai praktisi akupuntur pun juga menjanjikan.” ujar mahasiswi S1 yang akrab disapa Ayu ini. read more read more

Daun Pepaya Terbukti dapat Menurunkan Penyakit Paru-paru dan Limpa

Daun pepaya ternyata dapat menurunkan penyakit pada paru-paru dan limpa mencit. Dewi Ratna Sari seorang peneliti dari Universitas Lambung Mangkurat telah melakukan penelitian bahwa Trypanosomiasis atau surra merupakan salah satu jenis penyakit strategis yang menyerang hewan ternak dan dosmetik lainnya di Indonesia yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi dan ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat penghisap darah seperti lalat kuda (Tabanus sp.) dan lalat kandang (Stomoxys sp.) (Fahrimal dkk., 2014). Hampir semua hewan berdarah panas kecuali golongan unggas, rentan terhadap penyakit ini, namun respon kekebalan bervariasi terutama pada sapi dan kerbau. Hewan seperti kuda, sapi, kerbau dan anjing merupakan hewan yang dilaporkan banyak terserang (Partoutomo, 2000). Trypanosomiasis mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi peternak. Dalam keadaan kronis penyakit tersebut dapat menyebabkan turunnya produksi ternak, sedangkan dalam keadaan akut dapat menyebabkan kematian hewan ternak dan pada hewan bunting dapat menyebabkan keguguran. Umumnya bila sudah terjadi wabah, penyakit tersebut disembuhkan. Upaya pengendalian trypanosomiasis sampai saat ini masih sangat tergantung kepada obat-obat komersial. Tripanosida yang sudah lazim digunakan diantaranya suramin, diminazene azeturat, isometamedium, quinapyramine, dan cymelarsan (Fahrimal dkk., 2014). Obat-obat anti-trypanosoma sangat terkenal dengan harganya yang mahal dan pemberiannya yang sulit karena harus dilakukan secara berulang (Sadi dan Arifin, 1998). Masalah lainnya adalah tentang resistensi Trypanosoma terhadap obat tripanosida yang akhir-akhir ini dilaporkan terjadi di berbagai negara Asia seperti di negara China (Zhou dkk., 2004), serta negara Afrika yaitu Uganda, Kenya, Sudan, dan Tanzania (Kibona dkk., 2006; El Rayah dan El Malik, 2006). Di Indonesia, hampir semua isolat yang ada di Balitvet terbukti resisten terhadap isometamidium dan sebagian isolat resisten terhadap Diminazen azeturat (Martindah dan Husein, 2006). read more read more

Seminar dan Lokakarya Akupuntur pada Hewan

Sebagai bentuk kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan dengan Chi Institute-Florida University, FKH UGM menyelenggarakan Seminar dan Lokakarya Pengobatan Tradisional China pada hewan yang meliputi akupuntur, herbal, tuina dan terapi makanan. Traditional Chinese Veterinary Medicine (TVCM) merupakan metode pengobatan yang terintegrasi dengan kedokteran hewan konvensional. Metode TVCM sangat bermanfaat pada penanganan kasus gangguan syaraf, penyakit kronis seperti epilepsi, kelumpuhan, pengapuran, radang sendi dan penyakit geriatrik pada hewan. read more read more

Glukosa Penyebab Gangguan Reproduksi pada Sapi di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

Kadar glukosa dan total protein plasma sapi perah di bawah normal menjadi penyebab sapi perah mengalami kawin berulang. Kawin berulang pada sapi perah merupakan gangguan reproduksi yang ditandai oleh panjangnya calving interval. Dhasia Ramandani seorang peneliti Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta telah melakukan penelitian tentang kadar glukosa dan total protein plasma sebagai salah satu penyebab sapi perah mengalami kawin berulang. Dari sepuluh ekor sapi perah peranakan Friesian Holstein yang mengalami kawin berulang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Sapi perah tersebut berumur 3-8 tahun, sudah pernah beranak minimal satu kali, mempunyai siklus reproduksi normal, dan kondisi tubuh sehat. Sebanyak 10 ml sampel darah dikoleksi melalui vena jugularis kemudian dilakukan analisis darah di LPPT UGM. Analisis kadar glukosa dan total protein plasma diperiksa menggunakan Photometer Microlab 300 dengan metode spektrofotometer. Sapi perah yang mengalami kawin berulang memiliki konsentrasi kadar glukosa dan total protein plasma di bawah normal. Rata-rata konsentrasi glukosa darah adalah 48.58±6.675 mg/dl, dan total protein plasma adalah 6.815±821 g/dl. read more read more

Daun Sage Penangkal Penyakit Meningitis pada Hewan dan Manusia

Ekstrak Daun Sage (Salvia officinalis.L) sebagai anti-Streptococcus suis penyebab zoonotik meningitis pada hewan maupun manusia. Meningitis merupakan masalah medis yang serius serta membutuhkan pengenalan dan penanganan segera untuk mencegah kematian. Sampai saat ini meningitis masih merupakan infeksi yang menakutkan, menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama di negara berkembang (Rizka, 2012). Meskipun telah banyak kemajuan dalam penemuan antibiotika dan terapi pendukung, mortalitas akibat meningitis masih tetap tinggi. Tingkat keparahan meningitis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya virulensi dan jenis agen penyebab, status imunitas pasien, resistensi pada antibiotik dan penatalaksanaannya. Salah satu agen utama penyebab meningitis adalah Streptococcus suis (S.suis). Infeksi S. suis khususnya serotipe 2, bersifat zoonosis dengan 88% infeksi ditandai dengan gejala klinis berupa meningitis, gangguan pendengaran dan gangguan pernafasan (Kay et al., 1995). Penisilin dan cefotaxime adalah dua antibiotik yang paling sering digunakan untuk mengobati meningitis. Namun beberapa bakteri penyebab meningitis khususnya Streptococcus suis menjadi semakin resisten terhadap penisilin, sehingga dokter sering menggabungkan berbagai jenis antibiotik untuk mencoba membunuh bakteri. Munculnya kuman-kuman patogen yang kebal terhadap satu (antimicrobial resistance) atau beberapa jenis antibiotika tertentu (multi-drug resistance) sangat menyulitkan proses pengobatan (APUA, 2011). Pengobatan dan pemberdayaan obat tradisional merupakan salah satu komponen program pelayanaan kesehatan dasar yang digunakan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan penduduk (Hembing, 1996). Upaya pencarian bahan baku obat dari bahan alam sampai saat ini masih terus dilakukan. Sage (Salvia officinalis.L) merupakan tanaman herbal yang belum banyak dikenal dan dimanfaatkan di Indonesia untuk alternatif pengobatan. Di Eropa dan Cina, ekstrak dan minyak esensial tanaman sage telah banyak digunakan untuk berbagai aplikasi seperti makanan, kosmetik maupun keperluan industri farmasi (Stammati et al., 1999). Secara tradisional sage telah banyak digunakan untuk pengobatan seperti penanganan pada kasus keradangan pada mulut dan tenggorokan (Baričević et al., 2001). Selain itu, sage juga telah dilaporkan memiliki kemapuan antimutagenik dan untuk penanganan cancer (Craig, 1999; Simić et al., 2000; Knežević-Vukčević et al., 2001). Sage dilaporkan memiliki efek antibakterial, fungisidal, virustatik dan astrigensia. Asam phenolic seperti salvin dan salvin monometyl ether yang diisolasi dari Sage diduga memiliki aktivitas antimikrobial khususnya dalam melawan infeksi Staphylococcus aureus (Dragana et al., 2005). Demikian hasil penelitian yang dilakukan Mitra Slipranata dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. read more read more

Anda Penyuka Jamu Darah Ular???……Waspadalah!!!

Peneliti dari Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Widagdo Sri Nugroho mengingatkan masyarakat agar mewaspadai konsumsi jamu darah ular kobra.

“Hasil penelitian kami mencatat, dalam darah ular kobra yang sudah dijadikan jamu ditemukan bakteri Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan keracunan pangan bila melebihi kadar yang ditoleransi oleh tubuh,” ujar dia dalam diskusi di FKH UGM, Yogyakarta, Kamis (27/07/2017).

read more