Daun Sage Penangkal Penyakit Meningitis pada Hewan dan Manusia

Ekstrak Daun Sage (Salvia officinalis.L) sebagai anti-Streptococcus suis penyebab zoonotik meningitis pada hewan maupun manusia. Meningitis merupakan masalah medis yang serius serta membutuhkan pengenalan dan penanganan segera untuk mencegah kematian. Sampai saat ini meningitis masih merupakan infeksi yang menakutkan, menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama di negara berkembang (Rizka, 2012). Meskipun telah banyak kemajuan dalam penemuan antibiotika dan terapi pendukung, mortalitas akibat meningitis masih tetap tinggi. Tingkat keparahan meningitis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya virulensi dan jenis agen penyebab, status imunitas pasien, resistensi pada antibiotik dan penatalaksanaannya. Salah satu agen utama penyebab meningitis adalah Streptococcus suis (S.suis). Infeksi S. suis khususnya serotipe 2, bersifat zoonosis dengan 88% infeksi ditandai dengan gejala klinis berupa meningitis, gangguan pendengaran dan gangguan pernafasan (Kay et al., 1995). Penisilin dan cefotaxime adalah dua antibiotik yang paling sering digunakan untuk mengobati meningitis. Namun beberapa bakteri penyebab meningitis khususnya Streptococcus suis menjadi semakin resisten terhadap penisilin, sehingga dokter sering menggabungkan berbagai jenis antibiotik untuk mencoba membunuh bakteri. Munculnya kuman-kuman patogen yang kebal terhadap satu (antimicrobial resistance) atau beberapa jenis antibiotika tertentu (multi-drug resistance) sangat menyulitkan proses pengobatan (APUA, 2011). Pengobatan dan pemberdayaan obat tradisional merupakan salah satu komponen program pelayanaan kesehatan dasar yang digunakan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan penduduk (Hembing, 1996). Upaya pencarian bahan baku obat dari bahan alam sampai saat ini masih terus dilakukan. Sage (Salvia officinalis.L) merupakan tanaman herbal yang belum banyak dikenal dan dimanfaatkan di Indonesia untuk alternatif pengobatan. Di Eropa dan Cina, ekstrak dan minyak esensial tanaman sage telah banyak digunakan untuk berbagai aplikasi seperti makanan, kosmetik maupun keperluan industri farmasi (Stammati et al., 1999). Secara tradisional sage telah banyak digunakan untuk pengobatan seperti penanganan pada kasus keradangan pada mulut dan tenggorokan (Baričević et al., 2001). Selain itu, sage juga telah dilaporkan memiliki kemapuan antimutagenik dan untuk penanganan cancer (Craig, 1999; Simić et al., 2000; Knežević-Vukčević et al., 2001). Sage dilaporkan memiliki efek antibakterial, fungisidal, virustatik dan astrigensia. Asam phenolic seperti salvin dan salvin monometyl ether yang diisolasi dari Sage diduga memiliki aktivitas antimikrobial khususnya dalam melawan infeksi Staphylococcus aureus (Dragana et al., 2005). Demikian hasil penelitian yang dilakukan Mitra Slipranata dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

https://jurnal.ugm.ac.id/jsv/article/view/27558

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.